AKU dan PONSEL KU,
Aku salah satu pecandu sms. Tiada hari tanpa menerima dan mengirim sms. Luar dan dalam negeri. Kenapa? Karena sms jauh lebih murah dari pada percakapan. Al hasil, jempolku menjadi kapalan. Tapi apalah artinya mempunyai kapal di jempol dibanding bisa naik kapal yang sesungguhnya yang tiketnya dibeli dari hasil menghemat penggunaan pulsa, ya itu tadi..memilih mengunakan sms daripada percakapan langsung.
Sebagai tukang kebun, maksudku…orang yang bekerja dikebun, aku tidak punya cukup uang untuk dihambur-hamburkan buat membeli pulsa. Dana yang kupatok untuk membuat ponselku berdering kurang lebih hanya Rp 50.000rb perbulan. Itupun tidak cukup. Terkadang baru tujuh hari berdering, ponsel ku harus sudah dipause, kenapa? Karena selalu berdering tetapi “CUMI”.
Terkadang aku berpikir, seandainya ada operator yang menerapkan paket Rp 50.000 untuk “Unlimited call” dalam negeri, pasti aku pelangan pertamanya. Mungkinkah?
Ponsel sekarang bukan hanya menjadi milik kalangan tertentu seperti delapan tahun yang lalu. Ponsel kini dimiliki dan digunakan oleh semua lapisan mayarakat dari berbagai umur. Asal bisa bicara, langsung punya Hp. Mempunyai Hp itu mudah, tapi membeli pulsa itu yang berat. Bahkan ada orang yang pengeluaran untuk membeli pulsa perbulannya lebih mahal dari harga Hp yang dimilikinya.
Jika dilihat lebih mendalam, sebenarnya teleppon seluler mempunyai dampak yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat. Dampak negatif dan dampak positif.
Dampak negatifnya, harga isi ulang yang relatif mahal membuat para pemilik ponsel terutama dari kalangan kelas bawah harus mengencangkan ikat pinggang jika ingin mengisi ulang ponselnya. Bahkan ada yang nekat melakukan tindak kejahatan untuk mendapatkan dana untuk isi ulang. Karena masas sekarang, memiliki Hp bukan hanya merupakan kebutuhan, tapi gengsi. Maka itu dengan adanya promo dari Xl biara 1 menit bebas nelpon tujuh belas kali.
Sebenarnya turunnya tarif telekomunikasi terhadap akan berdampak positif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Mereka akan lebih mudah berkomunikasi dengan sanak saudara dan kawan tanpa kenal tempat, tanpa menunggu lebaran atau event-event penting lainnya hanya untuk sekedar mengobrol dan bertanya kabar. Dan dampaknya terhadap perekonomian lebih dari sekedar dapat menyimpan uang tapi juga dapat mencegah timbulnya tindak kejahatan.
Sebagai tukang kebun, maksudku…orang yang bekerja dikebun, aku tidak punya cukup uang untuk dihambur-hamburkan buat membeli pulsa. Dana yang kupatok untuk membuat ponselku berdering kurang lebih hanya Rp 50.000rb perbulan. Itupun tidak cukup. Terkadang baru tujuh hari berdering, ponsel ku harus sudah dipause, kenapa? Karena selalu berdering tetapi “CUMI”.
Terkadang aku berpikir, seandainya ada operator yang menerapkan paket Rp 50.000 untuk “Unlimited call” dalam negeri, pasti aku pelangan pertamanya. Mungkinkah?
Ponsel sekarang bukan hanya menjadi milik kalangan tertentu seperti delapan tahun yang lalu. Ponsel kini dimiliki dan digunakan oleh semua lapisan mayarakat dari berbagai umur. Asal bisa bicara, langsung punya Hp. Mempunyai Hp itu mudah, tapi membeli pulsa itu yang berat. Bahkan ada orang yang pengeluaran untuk membeli pulsa perbulannya lebih mahal dari harga Hp yang dimilikinya.
Jika dilihat lebih mendalam, sebenarnya teleppon seluler mempunyai dampak yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat. Dampak negatif dan dampak positif.
Dampak negatifnya, harga isi ulang yang relatif mahal membuat para pemilik ponsel terutama dari kalangan kelas bawah harus mengencangkan ikat pinggang jika ingin mengisi ulang ponselnya. Bahkan ada yang nekat melakukan tindak kejahatan untuk mendapatkan dana untuk isi ulang. Karena masas sekarang, memiliki Hp bukan hanya merupakan kebutuhan, tapi gengsi. Maka itu dengan adanya promo dari Xl biara 1 menit bebas nelpon tujuh belas kali.
Sebenarnya turunnya tarif telekomunikasi terhadap akan berdampak positif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Mereka akan lebih mudah berkomunikasi dengan sanak saudara dan kawan tanpa kenal tempat, tanpa menunggu lebaran atau event-event penting lainnya hanya untuk sekedar mengobrol dan bertanya kabar. Dan dampaknya terhadap perekonomian lebih dari sekedar dapat menyimpan uang tapi juga dapat mencegah timbulnya tindak kejahatan.